Kota Barus, Titik Nol Peradaban Islam Nusantara & Perdagangan Dimasa Lampau

 

Tugu nol titik peradaban islam di barus

Kota barus menyimpan sebuah sejarah di masa lampau dan juga tonggak awal peradaban islam di nusantara, wilayah yang kini merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Tapanuli tengah,  provinsi Sumatera Utara. Wilayah itu  dahulunya merupakan gerbang pertama masuknya ajaran islam ke indonesia.

Barus sejak dahulu sudah dikenal sebagai kota dagang  yang saat itu masih dalam wilayah kekuasaan samudera pasai  Aceh,  dari berbagai literatur diketahui agama islam masuk ke indonesia pada abad ke 7 agama islam dibawa oleh pedagang dari timur tengah yang saat itu berdagang ataupun hanya sekedar singgah di kota itu bahkan sampai mereka membentuk pemukiman di daerah barus hal itu pula yang menjadikan barus awal mula penyebaran islam di nusantara, makam mahligai merupakan bukti penyebaran islam disana dan bahkan barus juga menghasilkan ulama-ulama tersohor di masanya seperti Hamzah Fansuri, Sumatrani, Arraniri yang semasa hidup mereka memiliki sumbangsih besar terhadap pendidikan agama islam di aceh, pada tanggal 25 maret 2017 Presiden Jokowi menetapkan tugu titik nol peradaban islam nusantara di barus, tugu ini sebagai tanda awal mulanya masuk ajaran islam di indonesia dahulu.

Barus juga sudah dikenal dunia internasional pada sekitaran abad ke 7 Masehi sebagai bandar pelabuhan ekspor komoditas pasar dunia diantara, kapur barus/campher, kemenyan, damar, rotan, dan hasil hutan lain nya. Kapur barus yang dihasilkan dari wilayah ini memiliki kualitas terbaik di dunia pada saat itu, bahkan ada sumber yang menyebutkan orang-orang mesir kuno di zaman fir,aun sudah melakukan hubungan dagang dengan wilayah ini, kemenyan putih dan kapur barus digunakan orang-orang mesir kuno untuk pembalseman orang-orang yang meninggal agar jenazah nya awet, konon kabarnya Raja Ramses 2  yang meninggal di laut merah dimumikan menggunakan rempah-rempah dari tanah barus yang saat ini jasadnya masih bisa dilihat di ramshe museum, Kairo Mesir.

Memang pada masa itu kapur barus menjadi barang yang mahal, selama ber abad-abad orang mesir kuno menggunakan kapur barus untuk pengawetan jenazah keluarga mereka, dan karena faktor itu orang-orang dahulu menjuluki wilayah penghasil campher ini dengan nama Barus samapi yang kita kenal saat ini, namun sayang kini di wilayah tersebut sudah jarang ditemukan pohon kapur barus yang menghasilkan getah yang kemudian getahnya diolah menjadi kapur barus, menurut masyarakat setempat ada beberapa batang pohon yang masih ada tetapi itupun terdapat di pedalaman hutan yang jarang terjamah manusia.

Komentar

Postingan Populer